Anti Islam, Perancis Haramkan Wanita Berjilbab
PARIS - Serombongan aparat keamanan di Paris kemarin, hari Jum'at, 08 Juli 2011 mengkampanyekan sebuah aksi keras yang menyita perhatian khalayak dalam rangka menentang Burka, sebuah cara berpakaian yang menutupi seluruh tubuh seorang muslimah dari ujung kepala samppai kaki. "Sekarang ini, di beberapa pemukiman kota, kita sering melihat beberapa wanita muslimah memakai burka, sejenis pakaian yang menutup tubuh dari atas kepala sampai ujung kaki, sehingga wanita tersebut nampak seperti tahanan penjara yang berjalan", demikian ungkap MP Andre Gerin pada sebuah sesi di rapat umum gedung parlemen. Gerin menyatakan dengan tegas agar para komisi dalam tubuh parlemen Perancis benar-benar mencermati hal ini.
Dia
ingin para anggota tersebut memberikan komentar seputar bagaimana cara
menghentikan idealisme memakai burka dengan alibi bahwa hal itu bisa
menurunkan martabat wanita. Gerin, yang pernah menjabat sebagai walikota
Venissieux, sebuah kota sekaligus rumah bagi populasi imigran Afrika
Utara, juga mengatakan bahwa sebenarnya tidak ada yang lebih luar biasa
melihat wanita Muslimah mengenakan burka. "Kami hanya tidak bisa
mentolerir wanita-wanita muslimah pemakai burka yang merupakan warga
tahanan Perancis dalam format foto ketika diketahui mereka adalah
berkewarganegaraan Iran, Afghanistan, atau Saudi Arabia", demikian tulis
Gerin di awal paragrafnya dalam sebuah proposal. "Mereka tidak
diterima memasuki wilayah Perancis jika tetap memakai burka". Penduduk
etnis Maroko yang mengenakan Burka tidak akan diberikan status
kewarganegaraan Perancisnya sampai bulan Juli, walaupun hal itu adalah
atas perintah suaminya namun menentang nilai-nilai yang berlaku di
Perancis.
Terdapat
hampir 7 juta Muslim di Perancis, menambah semakin banyaknya
minoritas Muslim di daratan Eropa. Kebanyakan Muslim yang tinggal di
Perancis adalah beretnis Maroko dan Algeria.
Proposal
Gerin mendapat dukungan 58 orang dari komisi dalam tubuh parlemen
Perancis, terutama dari Nicolas Sarkozy's yang mengetahui partai UMP.
Proposal tersebut dimaksudkan untuk meraup suara terbanyak dalam
pemilihan umum mendatang. Kelompok wanita yang bertujuan memperjuangkan
hak-hak anggotanya di pinggiran pemukiman Muslim turut serta mendukung
Gerin."Kita tidak boleh takut mengangkat ini ke permukaan, demikian
ungkap Sihem Habchi, ketua perkumpulan Ni Putes, Ni Soumises, sebuah
organisasi netral/anti diskriminasi. Kelompok ini juga mendukung
dihelatnya debat nasional yang membahas perihal Burka di jalan-jalan.
Dalil
Boubakeur, ketua organisasi Muslim di Masjid Besar (Grande Mosque)
Paris, juga mengutarakan narasinya menyusul proposal Gerin yang
menyoroti masalah Burka. Boubakeur, ketua partai Islam menuturkan pada
harian Le Parisian bahwa idealisme memakai burka adalah sebuah
pertanda bahwa tren dasar berpakaian mulai meluas di Perancis. Dia juga
menekankan bahwa komisi dalam tubuh parlemen Perancis harus
mendengarkan apa yang dulu dituturkan oleh alim ulama Islam perihal
burka ini. Ketika jilbab adalah busana bagi wanita muslimah, kebanyakan
kaum cendekiawan setuju bahwa seorang wanita tidak diwajibkan memakai
jilbab atau burka. Mereka berpendapat bahwa memakai jilbab adalah
keputusan mutlak wanita muslimah, bukan orang lain di luar muslimah itu
sendiri. Ketua CFCM Mohammed Mousaoui mengatakan bahwa burka
bukanlah doktrin yang memerintah seorang Muslimah yang sudah
berpakaian cukup tertutup dan menutup aurat.
Menghadapi
semakin banyaknya wanita yang memakai burka (sejenis jilbab yang
menutupi tubuh dari atas sampai ke bawah), anggota dewan di tubuh
Parlemen Perancis dalam acara santai bersama mengadakan sebuah diskusi
mengenai hal ini. Saat ini sudah menjadi hal yang umum melihat seorang
wanita mengenakan burka di jalan-jalan. In Vénissieux, kota ketiga
terbesar di parlemen Rhône, niqabs, sejenis burka yang hanya tidak
menutupi bagian mata si pemakai burka, sangat terkenal di kalangan
wanita Muslimah pemakai jilbab dan burka.
André
Gerin, anggota parlemen yang mengurusi PFC (partai komunis),
mengadakan sebuah debat nasional tentang hal ini. Sebanyak 57 orang
anggota parlemen lainya - 2 orang dari PFC, 7 dari partai Sosialis, 43
orang dari partai UMP, 2 orang dari New Center dan tiga aktivis
independen lainya – menandatangani sebuah proposal resolusi untuk
kemudian diangkat dalam sebuah muktamar nasional dan membentuk sebuah
panitia kepengurusan yang mencermati hal ini. Sebuah panitia bentukan
yang mengurusi tentang sekularisme tahun 2003 pernah melarang adanya
simbol-simbol religi yang terpasang di lembaga-lembaga pendidikan /
sekolah.
Apakah
akan ditetapkan larangan terhadap Burka, Sama seperti yang terjadi di
Belgia? Tahun lalu, sebuah komisi di tubuh Parlemen Perancis menolak
untuk memberikan status kewarganegaraan Perancis kepada seorang etnis
Moroko yang memakai Burka. HALDE (Sebuah organisasi yang berjuang
melawan diskriminasi untuk persamaan hak anggotanya) menyatakan
September kemarin ada seorang wanita yang diasingkan dari sebuah
organisasi etnis Perancis karena dia memakai burka. André Gerin
menyatakan, "Tidak seharusnyalah kita meributkan apa yang dilakukan
perihal ini, tetapi justru kita harus mempelajari dan menjalin
komunikasi yang baik dengan mereka para pemakai Burka."
Komunitas
Muslim tidak berkeberatan atas aksi debat nasional yang digelar
kemarin. Dalil Boubakeur, seorang alim ulama yang mengurusi organisasi
islam kemasyarakatan di sebuah masjid di Perancis mengatakan bahwa
memakai burka bukanlah sebuah kewajiban bagi seorang muslimah; hal ini
diturutkan dari ajaran Al-Quran. Menurut ajaran Islam, seorang wanita
hanya wajib menutupi rambutnya dan berpakaian yang pantas dan menutupi
aurat. Beliau juga menambahkan bahwa semakin berkembangnya idealisme
memakai pakaian jenis ini, adalah menandakan adanya kemajuan dalam tren
dasar berpakaian. Dia juga mendukung apabila para dewan di Pearlemen
Perancis mau mendengarkan apa-apa yang dituturkan para alim ulama Islam
mengenai cara berpakaian yang layak dan menutup aurat dalam Islam.
0 komentar:
Posting Komentar